Temu Karya Mahasiswa Fotografi Indonesia (TKMFI) 2025 Digelar di ISI Surakarta

Solo – Temu Karya Mahasiswa Fotografi Indonesia (TKMFI) 2025 resmi dibuka di Gedung Sungging Prabangkara, Kampus II ISI Surakarta yang diselenggarakan 7 – 9 Oktober 2025. Mengusung tema “Adiluhung: Fotografi dan Identitas Budaya Nusantara”, kegiatan ini menjadi ajang nasional yang mempertemukan mahasiswa fotografi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. TKMFI dihadiri para mahasiswa delegasi Prodi Fotografi di Indonesia; Institut Seni Indonesia Yogyarakta, Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Institut Seni Indonesia Bali, Universitas Trisakti, Universitas Pasundan, dan Polimedia Jakarta. Acara ini juga menjadi pertemuan SOFIA (Asosiasi Program Studi Fotografi Indonesia), yang terdiri dari ketua Program Studi Fotografi tersebut di atas.

Lebih dari sekadar forum temu karya, TKMFI berfungsi sebagai ruang strategis untuk memperkuat jejaring antarmahasiswa, memperluas wawasan keilmuan fotografi, serta mengaktualisasikan pemikiran kritis tentang fotografi sebagai medium seni, dokumentasi, dan pelestarian budaya di tengah perkembangan teknologi visual masa kini. Acara dibuka secara resmi pada pukul 10.00 WIB dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa bersama, disusul penampilan tari penyambutan bertema semangat budaya Nusantara. Sambutan disampaikan oleh Ketua TKMFI 2025 Santana Willy Abimanyu, Dekan FSRD ISI Surakarta Dr. Ana Rosmiati, S.Pd., M.Hum., Kaprodi Fotografi ISI Surakarta Agus Heru Setiawan, S.Sn., M.A., serta Pongky Adi P., BFA., M.Sn. mewakili SOFIA.

Dalam sambutannya, Dr. Ana Rosmiati menekankan pentingnya fotografi sebagai wahana pendidikan dan pelestarian budaya: “Fotografi adalah bahasa universal yang mampu menjembatani generasi muda dengan akar budaya mereka. Melalui TKMFI, kita belajar melihat keindahan, nilai, dan keberagaman Nusantara dengan perspektif yang lebih kritis dan reflektif.”

Sementara itu, Agus Heru Setiawan, selaku Kaprodi Fotografi ISI Surakarta, menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menampilkan karya, tetapi juga memperkuat nilai intelektual dan kolaboratif mahasiswa fotografi seluruh Indonesia: “TKMFI bukan hanya ajang pameran, tetapi juga ruang belajar bersama. Mahasiswa diajak untuk memahami fotografi bukan sekadar teknik visual, melainkan medium pemikiran yang mampu mengartikulasikan identitas, kritik sosial, dan nilai-nilai budaya.”

Puncak kegiatan hari pertama ditandai dengan pembukaan Pameran Fotografi Mahasiswa yang menampilkan karya dari berbagai kampus di Indonesia: ISI Surakarta, ISI Yogyakarta, ISI Bali, ISI Padangpanjang, Universitas Trisakti, Universitas Pasundan, dan Polimedia Jakarta. Pameran ini menafsirkan nilai Adiluhung sebagai wujud penghargaan terhadap identitas dan kearifan budaya Nusantara melalui bahasa visual.

Setelah jeda makan siang, acara dilanjutkan dengan bedah buku “Representasi Kuasa Fotografi Jurnalistik” bersama Dr. Andry Prasetyo, S.Sn., M.Sn., dosen fotografi ISI Surakarta sekaligus penulis buku tersebut. Diskusi berlangsung interaktif, mengulas bagaimana fotografi jurnalistik dapat menjadi alat refleksi dan kritik sosial di tengah derasnya arus informasi digital. Rangkaian kegiatan hari pertama ditutup dengan evaluasi internal panitia. Seluruh kegiatan berjalan lancar dan penuh antusiasme. TKMFI 2025 diharapkan menjadi momentum penting bagi mahasiswa fotografi untuk memperkuat peran fotografi sebagai ruang ekspresi, kritik, dan pelestarian budaya.

“Melalui TKMFI, kita berharap muncul generasi fotografer muda yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga peka terhadap konteks sosial dan budaya di sekitarnya,” tambah Dr. Ana Rosmiati.

Temu Karya Mahasiswa Fotografi Indonesia (TKMFI) 2025 resmi dibuka di Gedung Sungging Prabangkara, Kampus II ISI Surakarta. Mengusung tema “Adiluhung: Fotografi dan Identitas Budaya Nusantara”, kegiatan ini menjadi ajang nasional yang mempertemukan mahasiswa fotografi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. TKMFI dihadiri para mahasiswa delegasi Prodi Fotorafi di Indonesia; Institut Seni Indonesia Yogyarakta, Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Institut Seni Indonesia Bali, Universitas Trisakti, Universitas Pasundan, dan Polimedia Jakarta. Acara ini juga menjadi pertemuan SOFIA (Asosiasi Program Studi Fotografi Indonesia), yang terdiri dari ketua Program Studi Fotografi tersebut di atas.

Lebih dari sekadar forum temu karya, TKMFI berfungsi sebagai ruang strategis untuk memperkuat jejaring antarmahasiswa, memperluas wawasan keilmuan fotografi, serta mengaktualisasikan pemikiran kritis tentang fotografi sebagai medium seni, dokumentasi, dan pelestarian budaya di tengah perkembangan teknologi visual masa kini.

Acara dibuka secara resmi pada pukul 10.00 WIB dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa bersama, disusul penampilan tari penyambutan bertema semangat budaya Nusantara. Sambutan disampaikan oleh Ketua TKMFI 2025 Santana Willy Abimanyu, Dekan FSRD ISI Surakarta Dr. Ana Rosmiati, S.Pd., M.Hum., Kaprodi Fotografi ISI Surakarta Agus Heru Setiawan, S.Sn., M.A., serta Pongky Adi P., BFA., M.Sn. mewakili SOFIA.

Dalam sambutannya, Dr. Ana Rosmiati menekankan pentingnya fotografi sebagai wahana pendidikan dan pelestarian budaya: “Fotografi adalah bahasa universal yang mampu menjembatani generasi muda dengan akar budaya mereka. Melalui TKMFI, kita belajar melihat keindahan, nilai, dan keberagaman Nusantara dengan perspektif yang lebih kritis dan reflektif.”

Sementara itu, Agus Heru Setiawan, selaku Kaprodi Fotografi ISI Surakarta, menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menampilkan karya, tetapi juga memperkuat nilai intelektual dan kolaboratif mahasiswa fotografi seluruh Indonesia: “TKMFI bukan hanya ajang pameran, tetapi juga ruang belajar bersama. Mahasiswa diajak untuk memahami fotografi bukan sekadar teknik visual, melainkan medium pemikiran yang mampu mengartikulasikan identitas, kritik sosial, dan nilai-nilai budaya.”

Puncak kegiatan hari pertama ditandai dengan pembukaan Pameran Fotografi Mahasiswa yang menampilkan karya dari berbagai kampus di Indonesia: ISI Surakarta, ISI Yogyakarta, ISI Bali, ISI Padangpanjang, Universitas Trisakti, Universitas Pasundan, dan Polimedia Jakarta. Pameran ini menafsirkan nilai Adiluhung sebagai wujud penghargaan terhadap identitas dan kearifan budaya Nusantara melalui bahasa visual.

Setelah jeda makan siang, acara dilanjutkan dengan bedah buku “Representasi Kuasa Fotografi Jurnalistik” bersama Dr. Andry Prasetyo, S.Sn., M.Sn., dosen fotografi ISI Surakarta sekaligus penulis buku tersebut. Diskusi berlangsung interaktif, mengulas bagaimana fotografi jurnalistik dapat menjadi alat refleksi dan kritik sosial di tengah derasnya arus informasi digital. Rangkaian kegiatan hari pertama ditutup dengan evaluasi internal panitia. Seluruh kegiatan berjalan lancar dan penuh antusiasme. TKMFI 2025 diharapkan menjadi momentum penting bagi mahasiswa fotografi untuk memperkuat peran fotografi sebagai ruang ekspresi, kritik, dan pelestarian budaya.

“Melalui TKMFI, kita berharap muncul generasi fotografer muda yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga peka terhadap konteks sosial dan budaya di sekitarnya,” tambah Dr. Ana Rosmiati.

Scroll to Top